Sumber: entrepreneurguide.biz
Kakak
teman saya pernah berkata pada saya, saat saya sedang merintis usaha:
“Jadi pengusaha itu gampang.. Ga perlu belajar tinggi-tinggi, ga perlu
les keterampilan khusus, tinggal buka usaha aja, beres..”
Seorang
teman saya yang pegawai juga ngasih pernyataan yang senada: “Enak
banget jadi pengusaha yaa.. Lihat bosku.. Kerjanya goyang-goyang kaki
sama kipas-kipas.. Tapi penghasilannya jauh lebih besar dari kami yang
setiap hari pontang panting bekerja buat dia..”
Coba
cari teman kita yang pengusaha menengah, yang membangun usaha dari
bawah.. Tanya sejarah ia membangun usahanya itu.. Semua teman-teman saya
yang menjadi pengusaha, begitu saya tanyai sejarah perjuangannya
membangun usaha dari nol, semuanya tiba-tiba memancarkan sinar terang
di matanya, pandangan matanya menatap sebuah titik jauh di atas kepala
saya, bercerita dengan berapi-api, kadang-kadang dengan genangan air di
matanya.. Perjuangan mereka tidak pernah ringan.. Keliling-keliling
berusaha menjual produk atau jasanya, ditolak di sana-sini, masa-masa
sepi pesanan yang membuat kelimpungan menggaji karyawan, masa-masa di
saat beberapa bank menelpon sekaligus dan mengancam
karena pinjaman sudah jatuh tempo, ditipu rekanan bisnis sehingga
ratusan juta rupiah, yang kesimpulannya hanya satu: jalan untuk jadi
pengusaha yang sukses, tidak pernah mudah..
Ada
teman saya pengusaha konstruksi, yang pernah nyaris bangkrut
habis-habisan, karena ditipu rekanan.. Karyawannya harus tetap digaji,
dan pinjaman bank terus berbunga.. Tekanan begitu berat, sehingga ia
nyaris putus asa dan ingin menutup usahanya.. Tapi ia memikirkan para
karyawannya, yang rata-rata sudah ikut dia belasan tahun.. Akhirnya ia
mengumpulkan semua karyawannya, dan dengan mata berkaca-kaca, ia
menceritakan semua kondisi perusahaan, dan akhirnya bertanya: apakah
semua karyawan bersedia dikurangi gajinya sampai kondisi perusahaan
membaik, yang ia belum tahu entah kapan? Ia sendiri tidak akan bergaji
(teman saya membiasakan diri menggaji dirinya sendiri sebagai direktur
perusahaan), dan tidak akan mengambil sepeserpun uang perusahaan, sampai
usahanya diselamatkan.. Syukurlah, dan ajaibnya, semua karyawan setuju
bertahan, bahkan menjadi tertantang membangun kembali perusahaan
tersebut..
Selama
8 bulan mereka berjuang habis-habisan dengan kondisi keuangan
berantakan, sehingga sang direktur pun hanya mengandalkan gaji istrinya
yang PNS, untuk bertahan hidup.. Akhirnya, kondisi sulit itu berlalu,
dan di akhir tahun, teman saya itu mengundang kembali semua karyawan,
memeluk mereka satu persatu, mengucapkan terima kasih dengan tenggorokan
tercekat, menaikkan gaji melebihi masa-masa sebelum krisis, dan
membagikan bonus yang besar untuk semuanya..
Teman
saya yang lain, membuka bisnis bimbingan belajar.. Usahanya cukup
sukses untuk ukuran saat itu.. Tetapi entah kenapa, usahanya tiba-tiba
bangkrut, menyisakan utang ratusan juta, dan rumah dan kendaraan mereka
pun tersita.. Teman saya itu harus naik motor butut ke sana kemari,
pindah ke rumah kontrakan kumuh di pinggiran kota, dan nyaris setiap
hari harus didatangi debt collector, yang memaki-maki ia di depan istri
dan anaknya.. Sungguh hidup yang tidak tertahankan bagi sebagian besar
kita.. Hebatnya, ia dan istri tidak pernah menyerah.. Ia membangun
kembali bisnis yang lain dari kondisi minus.. Empat tahun kemudian, ia
sudah kembali membeli rumah, mobil, dan menjadi lebih kaya dari
sebelumnya..
Saat saya
berusaha membangun bisnis tour organizer bersama teman-teman, kami
nyaris menyerah berkali-kali.. Karena kami tidak padat modal, kami
berusaha padat karya.. Kami menawarkan jasa ke mana-mana, tanpa hasil..
Sementara kebutuhan hidup terus mendesak.. Kami kerja serabutan di luar,
sambil terus berusaha membangun usaha kami.. Kami menggagas ide untuk
mengadakan tour misteri ke gua cerme, survei lokasi, merangkak di dalam
genangan air menyusuri gua yang gelap, melobi Damian Magic School utk
bekerjasama, kemudian menyebar brosur di UGM pada hari minggu: tidak ada
yang berminat.. Mengadakan wisata mancing: rugi. Setiap hari pergi ke
sana-sini, dapat penolakan dari sana sini, pulang ke rumah tanpa hasil,
membuat semangat kami terus menurun.. Kami harus berjuang keras untuk
menyemangati diri untuk ngesot ke kantor kami setiap pagi, untuk kembali
mengalami kegagalan yang sama, dan pulang sore hari ke rumah dengan
kepala tertunduk.. Tapi, kami tidak punya pilihan lain, dan kami tidak
bisa menyerah.. Saya, tidak pernah melupakan masa-masa itu..
Proses
membangun usaha dari bawah, tidak pernah mudah.. Sering kali kita tidak
tahan dengan prosesnya, dan langsung kembali ke jalur pegawai jika kita
tidak kuat menanggung bebannya.. Sebagai pegawai, kita
cukup melakukan apa yang diperintahkan, maka gaji akan datang diakhir
bulan.. Pengusaha? Sedikit saja kita salah mengambil keputusan, kita
bisa jatuh ke lembah terdalam kehidupan manusia..
Beberapa teman saya mencoba buka usaha dengan modal ratusan juta, bangkrut, dan kembali menjadi pegawai,
sambil menjilati luka-lukanya.. Itulah mengapa, seringkali mereka yang
berpendidikan rendah, malah bisa menjadi pengusaha sukses: mereka tidak
punya pilihan lain. Tidak ada perusahaan yang mau memberikan gaji yang
layak untuk mereka, sehingga mereka tidak punya pilihan lain untuk
berjuang.. Kalau mereka terantuk dan bangkrut, mereka tidak punya pintu
belakang, dan pilihan mereka hanya bangun lagi.. Seringkali, itulah yang
menjadi pembeda keberhasilan membangun usaha..
Sedangkan
teman-teman yang berpendidikan tinggi, mereka punya pilihan lain.. Jika
mereka dihajar pengalaman pahit, banyak dari mereka yang mundur
teratur, dan kembali ke jalur yang aman: pegawai. Walaupun harus menelan
gaji seadanya (jarang sekali ada pegawai yang curhat dengan galau : “gue pusing banget nih bro, gaji gue berlebih-lebih terus..
Bank-bank dah nolak deposito gue, brankas dah penuh sesak, tanah di
sekeliling rumah dah habis digali untuk nanam duit.. Ada solusi?”),
mereka tetap bertahan jadi pegawai.. Banyak teman-teman yang ingin buka
usaha sejak beberapa tahun yang lalu, tapi banyak dari mereka yang tidak
memulainya sampai sekarang, karena mereka masih punya pilihan.. Dan
membayangkan harus menempuh resiko bangkrut, menghadapi kemungkinan memulai sesuatu dari nol lagi,
membuat mereka selalu menunda-nunda langkah mereka, dengan berbagai
alasan (“nunggu anak-anak besar, nunggu situasi ekonomi membaik, nunggu
warisan, nunggu ekonomi mapan, nunggu pensiun, dan nunggu tahun 2012
lewat, siapa tahu kiamat jadi”).. Coba bayangkan, jika tiba-tiba besok
mereka diPHK, apakah alasan-alasan itu masih relevan? Sering ga baca
cerita tentang orang yang sukses jadi pengusaha, justru setelah dia
diPHK dari pekerjaannya?
Jadi, benarkah menjadi pengusaha itu gampang? Memang benar, membuka usaha itu tidak perlu pendidikan tinggi.. Tapi, membangun usaha sampai berhasil itu, memerlukan semangat pantang menyerah, membuang gengsi, disiplin yang tinggi, dan keuletan yang luar biasa.. Dan itu, tidak akan pernah kita pelajari, dari sekolah manapun, kecuali sekolah kehidupan.. Penghasilan pengusaha lebih besar? Jelas, karena ia menanggung beban, resiko dan tanggung jawab yang jauh lebih besar dari pegawainya..
Seperti kata pamannya Spider-Man saat sekarat: “Ingatlah Peter, dibalik
tanggung jawab yang besar, ada pendapatan yang besar..” (ngarang mode
on). Pengusaha itu tinggal goyang-goyang kaki dan kipas-kipas? Iya benar, jika mereka itu penjahit dan tukang sate, hehehe..
Bukan,
saya bukan sedang mencoba mematikan semangat mereka yang ingin atau
pernah membuka usaha.. Saya cuma ingin katakan, kalau kita pernah mengalami sulitnya membangun usaha, ditipu, atau bahkan bangkrut sampai tinggal kolor doang, ga usah khawatir, ga usah buru-buru berfikir “ini karena gue lahir Selasa Kliwon”: itu normal. Nyaris semua pengusaha sukses pernah mengalaminya.. Teruskan saja, atau coba lagi, karena itu artinya kita sudah berada di jalan yang benar..
Pengusaha, setiap hari, memang hidup dalam badai.. Tapi yakinlah, jika
berhasil melaluinya, kita akan menjadi pribadi yang luar biasa..
Ada
kabar baik dan kabar buruk menjadi pengusaha.. Kabar baiknya: tidak ada
orang yang menyuruh-nyuruh kita.. Kabar buruknya? Tidak ada orang yang
menyuruh-nyuruh kita..
Seri pengusaha yang lain:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar