Selasa, 19 November 2013

Happy Salma Rambah Bisnis Perhiasan Etnik

Jakarta - Di luar kesibukannya di dunia seni peran, aktris Happy Salma rupanya juga tengah serius menggeluti bisnis perhiasan. Bersama desainer aksesoris Sri Luce Rusna, mereka memproduksi perhiasan etnik di bawah bendera Tulola Jewelry yang berbasis di Bali.
"Pada awalnya saya adalah pengagum dan pemakain koleksi Tulola Jewelry karya Sri Luce Rusna. Baru dua tahun belakangan ini kami berkolaborasi," kata Happy Salma saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (16/11) malam.
Tulola Jewelry didirikan Sri tahun 2007. Happy kemudian bergabung sebagai konseptor ide-ide kreatif.
"Ada banyak kreatifitas dalam diri saya dan semua itu bisa diterjemahkan Sri dengan baik lewat desain-desan Tulola," kata aktris kelahiran Sukabumi, 4 Januari 1980 tersebut.
Keunikan dari Tulola Jewelry adalah desainnya yang mengangkat cerita dari sejarah dan budaya Indonesia. Seperti koleksi terbarunya yang diberi judul Pita Loka, sebuah kisah sejarah di Tataran Sunda, tentang seorang putri cantik bernama Dyah Pitaloka Citraresmi, putri Raja Linggabuana yang dipinang Hayam Wuruk, raja Majapahit.
"Kisah Pitaloka ini dipilih karena kami ingin menggali sebanyak mungkin cerita dari sejarah dan budaya Indonesia," jelasnya.
Koleksi Pita Loka tersebut juga tengah dipamerkan di Dia.Lo.Gue Art Space di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, hingga 30 November mendatang.
Bisnis perhiasan ini diakui Happy memang sangat menjanjikan. Bahkan saat pembukaan pameran Pita Loka, setengah dari koleksi Tulola Jewelry yang dipamerkan langsung habis terjual.
"Kalau pun ada yang tidak laku, kan bisa kita pakai. Jadi nggak rugi-rugi banget," kata Happy sambil tertawa.
Diakui Happy, proses pengerjaan tiap perhiasan koleksi Tulola Jewelry memang sangat detail. Bahkan satu item bisa menghabiskan waktu hingga satu bulan.
"Desain kami juga sangat ekslusif karena satu desain hanya dibuat satu item, jadi nggak bakalan ada kembaran," paparnya.
Karena ekslusif dan bernilai seni tinggi, koleksi Tulola Jewelry dijual cukup mahal dengan harga Rp 600 ribu hingga Rp 18 juta.
"Kami ingin meletakkan perhiasan pada kodrat asalnya sebagai benda estetika dan proses penciptaannya bukan semata-mata dilihat sebagai sebuah proses pengerjaan kerajinan, tetapi juga sebagai proses penciptaan karya seni yang bisa diapresiasi," ujar istri Tjokorda Bagus Dwi Santana Kertayasa tersebut.
Keduanya juga berjanji untuk terus melakukan proses eksplorasi terhadap keindahan dan filosofi yang dimiliki alam dan budaya Indonesia.
"Meski berbasis di Bali, kami tidak ingin Tulola hanya menjadikan Bali sebagai inspirasi. Sebab Indonesia punya jutaan kekayaan yang bisa kami jadikan acuan konsep," ujar dia.
Penulis: Herman/FER

 Sumber : http://www.beritasatu.com/hiburan/150521-happy-salma-rambah-bisnis-perhiasan-etnik.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar